Kamis, 08 Desember 2011

Eksotisme Jambu Klampok


Beberapa hari yang lalu, saya dipaksa oleh seorang teman untuk jalan-jalan ke salah satu mall. Agak terpaksa sih, tapi apa daya susah untuk menolak. Disamping saya tidak mempunyai rencana belanja saya juga tidak hoby jalan-jalan di mall.

Sampai di tujuan, saya bingung mau membeli apa, jalan ke sana ke mari tidak ada nafsu untuk berbelanja. Ya mungkin ada faktor dompet juga sih...akhirnya iseng-iseng saya menuju tempat yang paling save untuk kondisi kantong yaitu buah-buahan dan langkahku tertuju pada buah warna merah yang sudah dikemas secara menarik. Buah itu begitu familiar, dulu di desa hampir setiap rumah ada tanaman buah itu walaupun kini sudah semakin jarang.

Kemecer dengan rasanya yang khas, akhirnya aku ambil buah yang sudah dalam kemasan box itu. Agak terbelalak begitu melihat harganya, dalam 1 kilo gram dibandrol dua puluh satu ribu rupiah. Mak...mahal amat, perasaan dulu di desa buah ini jarang ada yang memperjual belikan, kenapa di mall besar ini harganya begitu tinggi? Tak apalah walaupun agak mahal tetap ku beli buah kenangan masa kecil itu, ditambah dengan rasa kemecer yang luar biasa membuatku susah untuk tidak membeli buah ini.

Disela menikmati buah kelampok, terbesit pikir kenapa ya pohon ini sudah begitu jarang dijumpai di kampungku? Padahal dulu berbagai jenis kelampok dapat kita dapati secara melimpah, kelampok merah ada berbagai jenis dan juga berbagai jenis kelampok putih yang manisnya gak karu-karuan.

Mungkinkah pekarangan sudah menjadi barang mahal tergerus oleh desain bangunan rumah yang semakin mepet jalan sehingga pohon kelampok itu dipandang sebagai tanaman pengganggu? Ah sedih rasanya tetapi saya pikir tidak juga, masih banyak lahan untuk membudidayakan pohon ini. Atau mungkinkah tanam ini dianggap kurang keren karena kesannya yang ndeso. Kalau anggapan itu benar sungguh sangat disayangkan, karena kini kelampok telah naik tahta dijajakan di area perbelanjaan elit, dan juga disajikan sebagai suguhan kalangan elit pula. Kelampok tidak hanya sebagai pelengkap bahan rujak, kini disamping dikonsumsi sebagai buah segar, kelampok juga banyak dikelolah dalam berbagai bentuk makanan olahan seperti manisan dan lain-lain.

Sebagaimana halnya dengan buah tropis lainnya, kelampok memang tidak bisa bertahan lama. Karenanya buah ini kurang memiliki daya jual, tapi jelas itu juga bukan alasan tepat untuk menelantarkan buah ini. Bahkan melalui berbagai teknik pasca panen yang modern, kelampok-pun kini bisa bertahan lebih lama dan awet.

Tentang kelampok yang naik tahta ini juga saya peroleh melalui informasi media tentang prestasi sebuah desa di daerah Demak Jawa Tengah. Desa tersebut dikenal sebagai sentra jambu kelampok, bahkan Kelampok dari desa ini suda di ekspor ke berbagai negara diantaranya Arab Saudi dll. Ah.. andai saja desaku bisa seperti ini..anganku.

Lagian, kelampok merupakan jenis tanaman yang tidak rewel, gampang dibudidayakan, gak perlu perawatan khusus dan cenderung imun terhadap berbagai serangan hama dan penyakit, paling mentok-mentok ya serangan uler kelampok yang mudah diatasi. Yang penting diperhatikan dalam perawatan adalah buah kelampoknya, kelampok sangat rawan serangan ulat buah, karenanya perlu perlakuan agak khusus. Kalau ingin hasil yang maksimal buah kelampok kudu di-buntel atau dibungkus, disamping untuk melindungi dari serangan ulat, buah yang dibuntel akan memiliki kualitas yang sangat baik, warnahnya merah merona atau putih bersih serta bentuknya akan tambah montok dan mengkilat, tentu rasanya juga akan semakin maknyus.

So, piye dulur ? ayo nang diiciri kelampok maneh latar-latare disamping adhem sebagai peneduh kelampok juga menghasilkan nilai tambah, syukur-syukur bisa diekspor, amin..... ayo nyangkok kelampok nang diicir !!!

0 komentar:

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hot Sonakshi Sinha, Car Price in India