Minggu, 22 Juli 2012

POSO-AN nDEK SOLOKURO

Bulan puasa telah tiba, tiada tempat yang paling berkesan dalam menjalankan ibadah puasa kecuali di kampung halaman sendiri (tentu yang dimaksud adalah desa tercinta “Solokuro”).
Datangnya bulan ramadhan selalu disambut dengan suka cita oleh seluruh warga masyarakat. Salah satu wujud penyambutan itu adalah membersihkan diri dengan mandi kramas di kolam pemandian paling tersohor “sendang”. Bukan berarti warga sehari-hari jarang kramas, tapi merupakan simbol pensucian diri untuk menyambut datangnya bulan suci. Sehari sebelum berpuasa (terutama menjelang magrib) di kolam pemandian sendang penuh sesak dengan warga yang mandi kramas.
Suasana ramadhan-pun semakin kental menjelang waktu isya’, dari langgar pak Mujib terdengar sayup-sayup kumandang do’a untuk menyambut datangnya bulan suci.
Allahumma sallimna li romadhon..
Wa sallim romadhona lanaa..
Wa tasallamhu minna mutaqabbala…
Alunan do’a itu sangat menyentuh, tapi sebagian besar belum tahu siapa pemilik suara khas tersebut…? Mohon para Solokuro mania bisa member jawabannya.
 Alunan puji-pujian itu seakan mengiringi tiap langkah warga yang mendatangi tempat-tempat ibadah untuk melaksanakan sholat taraweh. Sungguh suasana yang hanya bisa didapat dan dirasakan di Solokuro.
Keheningan malam desa sesekali terpecahkan oleh suara ‘aamiin....’ dari para jama’ah di mushollah dan masjid, diluar kedua tempat tersebut benar-benar suasananya sangat sepi dan hening, karena hampir semua warga melakukan sholat taraweh berjama’ah.
Namun, selesai sholat taraweh, geliat malam desa-pun mulai hidup kembali. Beberapa warga mulai mencari peruntungan dengan  membuka gerai dagangan di malam hari. Berbagai jenis jajanan favorit bulan puasa tersedia, mulai dari rujak, lemi, baso, semur dan tentu yang paling istimewa adalah tebu. Ya, tebu merupakan jajanan paling favorit saat bulan puasa.
Masjid dan terutama mushollah-mushollah juga mulai ramai dengan suara alunan Al-qur’an yang dibacakan oleh warga yang sedang tadarus. Biasanya tadarus ini dilakukan dengan cara berkelompok. Ada kelompok ibu-ibu, anak-anak sekolah maupun bapak-bapak. Kegiatan tadarus ini dilakukan sampai agak larut malam, hingga waktu istirahat pun tiba sekitar jam 11 atau 12 malam.
Dikeheningan malam menjelang pagi, riuh suara patrol disertai celotehan canda anak-anak desa membangunkan warga dari tidurnya yang lelap. Sesekali dari langgar pak Mukran dan pak Mujib terdengar peringatan untuk melaksanakan sahur. ...”S a h u r – s a h u r...sak meniko sampun jam tigo lewat sedoso menit, bapak ibu engkang dereng sahur, supadhos enggal-enggal sahur...!!!”.
Tak lama berselang, suasana desa kembali ramai, terutama suara benturan alat-alat masak yang sedang difungsikan oleh ibu-ibu yang sedang menyiapkan makan sahur. Beberapa warga juga suda mulai keluar rumah untuk sekedar saling sapa dengan tetangga. Biasanya mereka akan saling tanya apakah sudah sahur apa belum, dan sahur dengan lauk apa? Bahkan tidak jarang para warga yang masih bertetanggan itu saling tukar makanan. Betapa indah suasana ini, di pagi hari yang masih gelap-pun kerukunan warga sudah dimulai.
Waktu imsak sudah tiba, dan lagi-lagi terdengar peringatan dari mushollah. ..sak meniko sampun jam sekawan lewat sedoso menit, enggemeniko waktunipon imsak...berbarengan dengan peringatan itu, para warga sudah mulai keluar rumah untuk menuju masjid dan mushollah. Dari masjid telah terdengar suara solawat tarkhim sebagai tanda bahwa waktu subuh sudah dekat. ...asholatu wassalamu ‘alaih....
 

Jumlah jama’ah sholat subuh di masjid dan mushollah memang meningkat. Para jama’ah begitu bersemangat untuk melaksanakan sholat berjama’ah dan mendengarkan ceramah (kultum) yang disampaikan oleh para ustadz. Ustadz yang menyampaikan ceramah ini biasanya dilakukan secara berjadwal sehingga tiap hari bergantian baik yang menjadi imam maupun ceramahnya.
Setelah sholat subuh masyarakat beberapa tahun terakhir memiliki kebiasaan untuk jalan pagi. Disamping kegiatan ibadah, kegiatan yang bersifat olahraga ini juga bernilai positif serta memiliki kekhasan dari suasana ramadhan di Solokuro. ..Solokuro memang tak tergantikan. Met Puasa Dulur sedoyo.

0 komentar:

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hot Sonakshi Sinha, Car Price in India