Banyak nuansa ramadhan yang kini suda tidak bisa
lagi diemui di desa tercinta, Solokuro. Ditenga suasana lapar dan dahaga, kebiasaan
kumpul di musollah untuk berbagi cerita, ataupun merencanakan sesuatu sambil
kemulan sarung, ngenteni buko lungo nang ngalas nggolek bajangan.
Rindu Ramadhan lainnya yang tak terobati adalah
permainan ‘jeblukan‘, ‘bledosan’ atau meriam bamboo, yang merupakan
mainan wajib bagi anak-anak yang hanya ada selama bulan Ramadhan. Sekarang
suasana dan tradisi ini seolah lenyap dan sirna.
Memang sih tradisi mainan itu tidak ada hubungannya
dengan nilai puasa Ramadhan, hanya tradisi sebagai keceriaan anak-anak
menyambut dan mengisi ramadhan, tentu dikala kosong dari tadarusan pastinya.
Namun bagi mereka yang dahulu sering mendengarkan
itu semasa bulan Ramadhan pastilah akan merasakan kerinduan. Kini anak-anak mungkin
sudah tidak lagi mengetahui permainan itu lagi. Kemajuan teknologi menghadirkan
berbagai permainan elektronik dan game computer yang serba canggih dan menarik,
hingga permainan tradisional tidak lagi mereka kenali.
Game telah menggantikan permainan
tradisional, dan tak ada lagi bocah berkreasi, tak ada lagi kebersamaan, semua
sudah tersedia, kini anak-anak-pun manja. Kemana mainanku yang dulu.
Diambil dan disarikan dari tulisan Galang
Perdanan Oi
1 komentar:
melihat mainan ini, jadi ingat sekitar 23an tahun lalu(masa kanak2 yg penuh keceriaan meskipun terkadang rada usil), ketika itu saya dan misanan saya (AN), membuat bledosan dari bongkotan, dan setelah siap diguakan, kami hadapkan moncongnya ke arah ibu2 tetangga yang sedang petanan, tiba2 DUAAAAARRRR.....!, kontan ibu2 tsb kaget dan ngomel, gak tau ngomong apa, sebab kami langsung lari ke belakang rumah sambil cekikian...
ampunilah kami ya Alloh...
Posting Komentar