“Dimanakah kini kau berada???”
Orean
Solokuro Mania, salah satu karunia Allah yang
patut kita syukuri tentang kondisi desa kita adalah bahwa Solokuro kini semakin
maju, semakin modern dan semakin beradap. Indikasi akan hal tersebut bisa dilihat
dari beberapa aspek, diantaranya adalah tingkat ekonomi dan pendidikan warga
yang semakin membaik. Terlebih sekarang ini warga desa Solokuro sudah
bersentuhan langsung dengan berbagai perangkat canggih guna menunjang aktivitas
keseharian mereka.
Namun dibalik kemajuan itu ada hasrat rindu
yang sangat dalam terhadap sesuatu
yang khas,
yang kini sudah mulai hilang dari peredaran. Apakah itu? Makanan Khas Solokuro.
Beberapa tahun yang lalu aneka kuliner itu
menjadi santapan wajib warga, namun kini sudah mulai jarang ditemui atau bahkan sudah hilang dari peredaran. Saya akan mencoba menginfentarisir jenis makanan yang mulai langkah
tersebut, dan bagaimana kita sebagai generasi muda menyikapinya nanti.
No
|
Nama Jenis Makanan
|
Bahan Dasar
|
Keterangan/Diskripsi Singkat
|
1.
|
Sego Jagung/Sego Las
|
Jagung yang digiling kasar hingga berbentuk elas/las
|
Umumnya dioplos dengan beras, sehingga nasinya akan
menjadi 2 warna merah dan putih. Lumayan lezat disajikan dengan sayur urap
dan ikan asin atau Dudo Menir
|
2.
|
Sego Jagung “Bledegan”
|
Jagung yang digiling halus
|
Cara membuat nasi ini adalah diulenin dengan air hangat
sebelum dikukus dalam kukusan segitiga dari bambu (alat ini juga hampir punah.
Disajukan dengan sayur/dudo menir dan ikan asin atau bekocok ikan asin
|
3.
|
Gantot
|
Gebingan/Singkung yang dikeringkan
|
Gebingan yang telah kering kemudian dicuci dan dikukus.
Biasanya gebingan yang berwarna hitam akan semakin menjadikan gantot lebih
lezat. Bertekstur kenyal, mantap sebagai kudapan di pagi hari disajikan
dengan parutan kelapa.
|
3.
|
“Ketan” Orean
|
Orean (Sorgum)
|
Makanan ini sangat lezat dan mungkin juga bergizi
tinggi. Sangat cocok dijadikan sebagai menu sarapan atau makan malam.
Cara membuat biji orean yang telah dicuci bersih
kemudian dikukus, setelah matang diaduk dengan sedikit garam dan dihidangkan
dengan parutan kelapa.
|
4.
|
“Ketan” Jowo
|
Jowo
|
Cara membuat dan menyajikannya juga sama dengan ketan
orean. Ketan Jowo ini juga sangat lezat untuk sarapan di pagi hari maupun
kudapan di malam hari.
|
5.
|
Getuk
|
Bolet (Ketela Rambat)
|
Umunya dipakai utuk kudapan (Pasilan;Solokuro) sebelum
menyantap nasi. Yang jelas kandungan karbohidrat pada bolet lebih muda
dicerna oleh tubuh dari pada nasi menjadikan energi manusia akan lebih
bertahan lama.
|
6.
|
Bubur Jenjet
|
Jagung muda
|
Makanan ini sudah bertahun-tahun menghilang, dibuat
dari adonan jagung muda kemudian dikukus dalam balutan klobot jagung, ada
rasa manis dan gurih. Keduanya sangat lezat.
|
7.
|
Sambel Gobel
|
Kacang Panjang
|
Sebagai pelengkap makan, sambel ini patut
diperhitungkan. Dibuat dari kacang panjang yang dicampur dengan racikan
sambal, muantap pastinya hampir mirip dengan karedok di kalangan masyarakat
Sunda.
|
8.
|
Gemblong Pereng
|
Singkong/Menyok
|
Makanan ini tergolong sebagai jajanan pasar, sangat
digemari oleh anak-anak.
|
9.
|
Kriyu
|
Tepung Beras
|
Sama dengan gemblong pereng, jajanan ini juga sangat
digemari karena rasanya yang lezat.
|
10.
|
Tiwol1
|
Gebingan (Singkong kering)
|
Gebingan dihaluskan diulenin dengan air sebelum dikukus,
dasijakn dengan parutan kelapa dan ikan asin.
|
1 mengacu pada nama jenis makanan tersebut dari daerah lain, nama
Solokuro-nya dalam status lali
Menurut pengamatan penulis (ini subyektif lo yo), 10 jenis makanan tersebut
sudah mulai jarang ditemui bahkan mungkin sebagian masyarakat terutama golongan
muda mendengar namanya-pun sudah tidak pernah lagi, Nah lo, apa gak masuk katagori
punah itu namanya.
Memang ada beberapa faktor yang menyebabkan
jenis makanan tersebut hilang dari peredaran (lagi-lagi ini menurut hemat
penulis yang unsur subyektifitasnya sangat tinggi).
Pertama adalah, mulai jarangnya bahan baku jenis makanan tersebut. Umunya
bahan baku makanan tersebut
didapat dari hasil pertanian warga Solokuro sendiri, namun
pertanian yang kini lebih
memprioritaskan satu jenis tanaman tertentu (padi), menjadikan beberapa
tanaman sebagai bahan dasar jenis makanan khas itu juga mulai hilang, seperti
singkong, bolet dan yang paling kritis adalah orean dan jowo.
Faktor kedua
adalah kehidupan modern yang berujung pada pola konsumerisme masyarakat yang
serba instan dan juga menganggap beberapa jenis makanan tersebut kurang modern
dan ketinggalan zaman.
sajian kue di toko yang diproduksi oleh
pabrik-pabrik besar sangat bervariasai dan terjangkau oleh kantong masyarakat.
Dari pada susah-susah ya mending beli saja, praktis dan tidak repot. Namun ada
juga mungkin yang menganggap makanan itu kurang sesuai dengan kondisi modern,
contohnya adalah nasi jagung. Mosok zaman saiki isek mangan sego jagung wae..?
“Pendapat yang musti diluruskan sepertinya..”.
Terus bagaimana kita menyikapinya? sekedar memberi ulasan. Sebelum pemerintah
mendengungkan diversifikasi bahan
pangan (akibat kebijakan yang padi centris di masa lalu), masyarakat Solokuro
telah terbiasa dengan mengkonsumsi makanan selain padi. Artinya masyarakat
Solokuro sebenarnya sudah bisa mencukupi kebutuhan dengan beberapa alternatif
bahan bangan.
Kini
dengan kebijakan yang salah kaprah dengan menjadikan padi sebagai satu-satunya
bahan dasar makanan pokok berbuah penyesalan. Masyarakat yang sudah terbiasa
dengan keanekaragaman bahan pangan justru diarahkan pada padi. Solokuro mungkin
hanya skup kecil, bagaimana dengan masyarakat Madura yang sebagian besar
terbiasa dengan jagung harus “dipadi-kan”, bagaimana dengan masyarakat Papua
yang terbiasa dengan ketela dan sagu juga harus “dipadi-kan”?
2 komentar:
nek gak salah tiwul iku nama solokuroe "GABLOG" (pake G biar mantab semantab rasanya)
keto'e perlu diadakan lomba masak makanan khas solokuro....
Singkong dibentuk bulat kaya glondongan/emple'an
Posting Komentar